Senin, 09 Februari 2009

Besarnya Jumlah Sarjana Tuna Karya

Oleh AGUS SAKTI

Rendahnya skill for life yang dimiliku oleh sejumlah sarjana menjadi pemicu tingginya angka tuna karya atau pengangguran di Indonesia.

Terang saja, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi lulusan diploma III yang belum mendapatkan pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta diploma I dan diploma II yang menganggur berjumlah 151.085 orang. Total penganggur keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2006 (hingga bulan Agustus), angka tersebut dirasa jauh lebih tinggi. Masih dalam catatan BPS, angka sarjana yang menganggur sebanyak 183.629 orang. Adapun untuk lulusan diploma II sebanyak 94.445 orang, serta lulusan diploma I dan diploma II berangka 130.519 orang. Sigma keseluruhan penganggur keluaran lembaga pendidikan tinggi berjumlah 408.593 orang.

Banyaknya angka pengangguran pada lulusan pendidikan tinggi tersebut disebabkna oleh rendahnya iklim kompetisi lulusan. Padahal mereka sudah banyak makan garam pendidikan di kampus. Dan, rata-rata mereka tergolong serba bisa. Hanya saja skill for life mereka rendah. Terbukti ketika terjun ke masyarakat mereka canggung. Level pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan yang tak ada buku teksnya, rata-rata sarjana rendah.

Kebanyakan sarjana yang menganggur sekarang karena tidak memiliki kemampuan di luar apa yang dia pelajari dari kampus. Padahal, tidak sedikit ragam pengetahuan dan keterampilan yang terembunyi di balik kecerdasan formal mereka. Sejatinya, ini amat berhuna baginya dengan catatan mereka harus menggali secara mandiri.

Michael Polanyi menamakan keterampilan yang tersembunyi itu dengan tacit knowledge. Bentuk pengetahuan yang tersembunyi, tak ada di buku, tak mudah di transformasikan, tetapi bisa dipetik dengan upaya melakoninya sendiri. Tak ada buku yang mengajarkan manusia berjalan selain pengalaman setelah melakoninya sendiri, misalnya.

Bill gates sukses mengembangkan microsoftnya, Michael Dell juga demikian. Di Indonesia ada Purdie Chandra seorang entrepreneur yang sukses dengan primagamanya, begitu juga dengan Hendy Setiono, pebisnis muda yang sukses dengan kebab Turki barbarafi. Tentu saja, mereka memiliki nilai tinggi pada ranah tacit knowledge.

Perusahaan terkemuka di Jepang banyak menyerap sumber daya manusia yang memiliki nilai tinggi tacit knowledge-nya. Pengusaha menilai bahwa potensi inovasi perusahaan akan tinggi ketika menyerap sumber daya manusia yang memiliki level tacit knowledge-nya yang tinggi. Sebab, sumber daya manusia yang demikian memiliki kecerdasan dan kemampuan inovatif yang tidak rendah.[]

0 komentar:

Mencari Lagu


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Energy News. Powered by Blogger